Thursday, July 17, 2008

KASIH itu Indah

Aku dilahirkan di sebuah dusun pegunungan yang sangat terpencil. Hari demi hari, orang tuaku membajak tanah kering kuning, dan punggung mereka menghadap ke langit. Aku mempunyai seorang adik, tiga tahun lebih muda dariku. Suatu ketika, untuk membeli sebuah sapu tangan yang mana semua gadis di sekelilingku kelihatannya membawanya, aku mencuri lima puluh sen dari laci ayahku. Ayah segera menyadarinya. Beliau membuat adikku dan diriku berlutut di depan tembok, dengan sebuah tongkat bambu di tangannya.

"Siapa yang mencuri uang itu?" Beliau bertanya.

Aku terpaku, terlalu takut untuk berbicara. Ayah tidak mendengar siapa pun mengaku, jadi

Beliau mengatakan, "Baiklah, kalau begitu, kalian berdua layak dipukul!"

Dia mengangkat tongkat bambu itu tingi-tinggi.

Tiba-tiba, adikku mencengkeram tangannya dan berkata, "Ayah, aku yang melakukannya!"

Tongkat panjang itu menghantam punggung adikku bertubi-tubi. Ayah begitu marahnya sehingga ia terus menerus mencambukinya sampai Beliau kehabisan nafas. Sesudahnya, Beliau duduk di atas ranjang batu bata kami dan memarahi, "Kamu sudah belajar mencuri dari rumah sekarang, hal memalukan apa lagi yang akan kamu lakukan di masa mendatang? ... Kamu layak dipukul sampai mati! Kamu pencuri tidak tahu malu!"

Malam itu, ibu dan aku memeluk adikku dalam pelukan kami. Tubuhnya penuh dengan luka, tetapi ia tidak menitikkan air mata setetes pun.

Di pertengahan malam itu, saya tiba-tiba mulai menangis meraung-raung. Adikku menutup mulutku dengan tangan kecilnya dan berkata, "Kak, jangan menangis lagi sekarang. Semuanya sudah terjadi."

Aku masih selalu membenci diriku karena tidak memiliki cukup keberanian untuk maju mengaku.

Bertahun-tahun telah lewat, tapi insiden tersebut masih kelihatan seperti baru kemarin. Aku tidak pernah akan lupa tampang adikku ketika ia melindungiku. Waktu itu, adikku berusia 8 tahun. Aku berusia 11.

Ketika adikku berada pada tahun terakhirnya di SMP, ia lulus untuk masuk ke SMA di pusat kabupaten. Pada saat yang sama, saya diterima untuk masuk ke sebuah universitas propinsi. Malam itu, ayah berjongkok di halaman, menghisap rokok tembakaunya, bungkus demi bungkus. Saya mendengarnya merengut, "Kedua anak kita memberikan hasil yang begitu baik...hasil yang begitu baik..."

Ibu mengusap air matanya yang mengalir dan menghela nafas, "Apa gunanya? Bagaimana mungkin kita bisa membiayai keduanya sekaligus?"

Saat itu juga, adikku berjalan keluar ke hadapan ayah dan berkata, "Ayah, saya tidak mau melanjutkan sekolah lagi, telah cukup membaca banyak buku."

Ayah mengayunkan tangannya dan memukul adikku pada wajahnya.

"Mengapa kau mempunyai jiwa yang begitu keparat lemahnya? Bahkan jika berarti saya mesti mengemis di jalanan, saya akan menyekolahkan kamu berdua sampai selesai!"

Dan begitu kemudian ia mengetuk setiap rumah di dusun itu untuk meminjam uang. Aku menjulurkan tanganku selembut yang aku bisa ke muka adikku yang membengkak, dan berkata, "Seorang anak laki-laki harus meneruskan sekolahnya; kalau tidak ia tidak akan pernah meninggalkan jurang kemiskinan ini."

Aku, sebaliknya, telah memutuskan untuk tidak lagi meneruskan ke universitas. Siapa sangka keesokan harinya, sebelum subuh datang, adikku meninggalkan rumah dengan beberapa helai pakaian lusuh dan sedikit kacang yang sudah mengering. Dia menyelinap ke samping ranjangku dan meninggalkan secarik kertas di atas bantalku:

"Kak, masuk ke universitas tidaklah mudah. Saya akan pergi mencari kerja dan mengirimu uang."

Aku memegang kertas tersebut di atas tempat tidurku, dan menangis dengan air mata bercucuran sampai suaraku hilang. Tahun itu, adikku berusia 17 tahun. Aku 20.

Dengan uang yang ayahku pinjam dari seluruh dusun, dan uang yang adikku hasilkan dari mengangkut semen pada punggungnya di lokasi konstruksi, aku akhirnya sampai ke tahun ketiga (di universitas).

Suatu hari, aku sedang belajar di kamarku, ketika teman sekamarku masuk dan memberitahukan, "Ada seorang penduduk dusun menunggumu di luar sana!"

Mengapa ada seorang penduduk dusun mencariku?

Aku berjalan keluar, dan melihat adikku dari jauh, seluruh badannya kotor tertutup debu semen dan pasir. Aku menanyakannya, "Mengapa kamu tidak bilang pada teman sekamarku kamu adalah adikku?"

Dia menjawab, tersenyum, "Lihat bagaimana penampilanku. Apa yang akan mereka pikir jika mereka tahu saya adalah adikmu? Apa mereka tidak akan menertawakanmu?"

Aku merasa terenyuh, dan air mata memenuhi mataku. Aku menyapu debu-debu dari adikku semuanya, dan tersekat-sekat dalam kata-kataku, "Aku tidak perduli omongan siapa pun! Kamu adalah adikku apa pun juga! Kamu adalah adikku bagaimana pun penampilanmu..."

Dari sakunya, ia mengeluarkan sebuah jepit rambut berbentuk kupu-kupu. Ia memakaikannya kepadaku, dan terus menjelaskan, "Saya melihat semua gadis kota memakainya. Jadi saya pikir kamu juga harus memiliki satu."

Aku tidak dapat menahan diri lebih lama lagi. Aku menarik adikku ke dalam pelukanku dan menangis dan menangis. Tahun itu, ia berusia 20. Aku 23.

Kali pertama aku membawa pacarku ke rumah, kaca jendela yang pecah telah diganti, dan kelihatan bersih di mana-mana. Setelah pacarku pulang, aku menari seperti gadis kecil di depan ibuku.

"Bu, ibu tidak perlu menghabiskan begitu banyak waktu untuk membersihkan rumah kita!"

Tetapi katanya, sambil tersenyum, "Itu adalah adikmu yang pulang awal untuk membersihkan rumah ini. Tidakkah kamu melihat luka pada tangannya? Ia terluka ketika memasang kaca jendela baru itu.."

Aku masuk ke dalam ruangan kecil adikku. Melihat mukanya yang kurus, seratus jarum terasa menusukku. Aku mengoleskan sedikit saleb pada lukanya dan membalut lukanya.

"Apakah itu sakit?" Aku menanyakannya.

"Tidak, tidak sakit. Kamu tahu, ketika saya bekerja di lokasi konstruksi, batu-batu berjatuhan pada kakiku setiap waktu. Bahkan itu tidak menghentikanku bekerja dan..."

Di tengah kalimat itu ia berhenti. Aku membalikkan tubuhku memunggunginya, dan air mata mengalir deras turun ke wajahku. Tahun itu, adikku 23. Aku berusia 26.

Ketika aku menikah, aku tinggal di kota. Berkali-kali suamiku dan aku mengundang orang tuaku untuk datang dan tinggal bersama kami, tetapi mereka tidak pernah mau. Mereka mengatakan, sekali meninggalkan dusun, mereka tidak akan tahu harus mengerjakan apa. Adikku tidak setuju juga, mengatakan, "Kak, jagalah mertuamu aja. Saya akan menjaga ibu dan ayah di sini."

Suamiku menjadi direktur pabriknya. Kami menginginkan adikku mendapatkan pekerjaan sebagai manajer pada departemen pemeliharaan. Tetapi adikku menolak tawaran tersebut. Ia bersikeras memulai bekerja sebagai pekerja reparasi.

Suatu hari, adikku diatas sebuah tangga untuk memperbaiki sebuah kabel, ketika ia mendapat sengatan listrik, dan masuk rumah sakit.

Suamiku dan aku pergi menjenguknya. Melihat gips putih pada kakinya, saya menggerutu, "Mengapa kamu menolak menjadi manajer? Manajer tidak akan pernah harus melakukan sesuatu yang berbahaya seperti ini. Lihat kamu sekarang, luka yang begitu serius. Mengapa kamu tidak mau mendengar kami sebelumnya?"

Dengan tampang yang serius pada wajahnya, ia membela keputusannya. "Pikirkan kakak ipar--ia baru saja jadi direktur, dan saya hampir tidak berpendidikan. Jika saya menjadi manajer seperti itu, berita seperti apa yang akan menjadi buah bibir orang?"

Mata suamiku dipenuhi air mata, dan kemudian keluar kata-kataku yang sepatah-sepatah: "Tapi kamu kurang pendidikan juga karena aku!"

"Mengapa membicarakan masa lalu?"

Adikku menggenggam tanganku. Tahun itu, ia berusia 26 dan aku 29.

Adikku kemudian berusia 30 ketika ia menikahi seorang gadis petani dari dusun itu. Dalam acara pernikahannya, pembawa acara perayaan itu bertanya kepadanya, "Siapa yang paling kamu hormati dan kasihi?"

Tanpa bahkan berpikir ia menjawab, "Kakakku."

Ia melanjutkan dengan menceritakan kembali sebuah kisah yang bahkan tidak dapat kuingat.

"Ketika saya pergi sekolah SD, ia berada pada dusun yang berbeda. Setiap hari kakakku dan saya berjalan selama dua jam untuk pergi ke sekolah dan pulang ke rumah. Suatu hari, saya kehilangan satu dari sarung tanganku. Kakakku memberikan satu dari kepunyaannya. Ia hanya memakai satu saja dan berjalan sejauh itu. Ketika kami tiba di rumah, tangannya begitu gemetaran karena cuaca yang begitu dingin sampai ia tidak dapat memegang sumpitnya. Sejak hari itu, saya bersumpah, selama saya masih hidup, saya akan menjaga kakakku dan baik kepadanya."

Tepuk tangan membanjiri ruangan itu. Semua tamu memalingkan perhatiannya kepadaku.

Kata-kata begitu susah kuucapkan keluar bibirku, "Dalam hidupku, orang yang paling aku berterima kasih kepadanya adalah adikku."

Dan dalam kesempatan yang paling berbahagia ini, di depan kerumunan perayaan ini, air mata bercucuran turun dari wajahku seperti sungai.

Inspiring story - Apa isi kartu kehidupanmu di Surga?

Sebuah Ruangan

Cerita di bawah ini tentang Brian Moore yang berusia 17 tahun, ditulis
olehnya sebagai tugas sekolah. Pokok bahasannya tentang sorga itu seperti
apa. "Aku membuat mereka terperangah," kata Brian kepada ayahnya, Bruce.
"Cerita itu bikin heboh. Tulisan itu seperti sebuah bom saja. Itulah yang
terbaik yang pernah aku tulis." Dan itu juga merupakan tulisannya yang
terakhir.

Orangtua Brian telah melupakan esai yang ditulis Brian ini sampai seorang
saudara sepupu menemukannya ketika ia membersihkan kotak loker milik
remaja itu di SMA Teays Valley, Pickaway County, Ohio.

Brian baru saja meninggal beberapa jam yang lalu, namun orangtuanya
mati-matian mencari setiap barang peninggalan Brian: surat-surat dari
teman-teman sekolah dan gurunya, dan PR-nya. Hanya dua bulan sebelumnya,
ia telah menulis sebuah esai tentang pertemuannya dengan Tuhan Yesus di
suatu ruang arsip yang penuh kartu-kartu yang isinya memerinci setiap saat
dalam kehidupan remaja itu. Tetapi baru setelah kematian Brian, Bruce dan
Beth, mengetahui bahwa anaknya telah menerangkan pandangannya tentang
sorga.

Tulisan itu menimbulkan suatu dampak besar sehingga orang-orang ingin
membagikannya. "Anda merasa seperti ada di sana," kata pak Bruce Moore.
Brian meninggal pada tanggal 27 Mei, 1997, satu hari setelah Hari Pahlawan
Amerika Serikat. Ia sedang mengendarai mobilnya pulang ke rumah dari rumah
seorang teman ketika mobil itu keluar jalur Jalan Bulen Pierce di Pickaway
County dan menabrak suatu tiang. Ia keluar dari mobilnya yang ringsek
tanpa cedera namun ia menginjak kabel listrik bawah tanah dan kesetrum.

Keluarga Moore membingkai satu salinan esai yang ditulis Brian dan
menggantungkannya pada dinding di ruang keluarga mereka. "Aku pikir Tuhan
telah memakai Brian untuk menjelaskan suatu hal. Aku kira kita harus
menemukan makna dari tulisan itu dan memetik manfaat darinya," kata Nyonya
Beth Moore tentang esai itu.

Nyonya Moore dan suaminya ingin membagikan penglihatan anak mereka tentang
kehidupan setelah kematian. "Aku bahagia karena Brian. Aku tahu dia telah
ada di sorga. Aku tahu aku akan bertemu lagi dengannya."

Inilah esai Brian yang berjudul "RUANGAN".

Di antara sadar dan mimpi, aku menemukan diriku di sebuah ruangan. Tidak
ada ciri yang mencolok di dalam ruangan ini kecuali dindingnya penuh
dengan kartu-kartu arsip yang kecil. Kartu-kartu arsip itu seperti yang
ada di perpustakaan yang isinya memuat judul buku menurut pengarangnya
atau topik buku menurut abjad.

Tetapi arsip-arsip ini, yang membentang dari dasar lantai ke atas sampai
ke langit-langit dan nampaknya tidak ada habis-habisnya di sekeliling
dinding itu, memiliki judul yang berbeda-beda.

Pada saat aku mendekati dinding arsip ini, arsip yang pertama kali menarik
perhatianku berjudul "Cewek-cewek yang Aku Suka". Aku mulai membuka arsip
itu dan membuka kartu-kartu itu. Aku cepat-cepat menutupnya, karena
terkejut melihat semua nama-nama yang tertulis di dalam arsip itu. Dan
tanpa diberitahu siapapun, aku segera menyadari dengan pasti aku ada
dimana.

Ruangan tanpa kehidupan ini dengan kartu-kartu arsip yang kecil-kecil
merupakan sistem katalog bagi garis besar kehidupanku. Di sini tertulis
tindakan-tindakan setiap saat dalam kehidupanku, besar atau kecil, dengan
rincian yang tidak dapat dibandingkan dengan daya ingatku. Dengan perasaan
kagum dan ingin tahu, digabungkan dengan rasa ngeri, berkecamuk di dalam
diriku ketika aku mulai membuka kartu-kartu arsip itu secara acak,
menyelidiki isi arsip ini. Beberapa arsip membawa sukacita dan kenangan
yang manis; yang lainnya membuat aku malu dan menyesal sedemikian hebat
sehingga aku melirik lewat bahu aku apakah ada orang lain yang melihat
arsip ini.

Arsip berjudul "Teman-Teman" ada di sebelah arsip yang bertanda
"Teman-teman yang Aku Khianati". Judul arsip-arsip itu berkisar dari
hal-hal biasa yang membosankan sampai hal-hal yang aneh. "Buku-buku Yang
Aku Telah Baca". "Dusta-dusta yang Aku Katakan". "Penghiburan yang Aku
Berikan". "Lelucon yang Aku Tertawakan". Beberapa judul ada yang sangat
tepat menjelaskan kekonyolannya: "Makian Buat Saudara-saudaraku".

Arsip lain memuat judul yang sama sekali tak membuat aku tertawa: "Hal-hal
yang Aku Perbuat dalam Kemarahanku.", "Gerutuanku terhadap Orangtuaku".
Aku tak pernah berhenti dikejutkan oleh isi arsip-arsip ini. Seringkali di
sana ada lebih banyak lagi kartu arsip tentang suatu hal daripada yang aku
bayangkan. Kadang-kadang ada yang lebih sedikit dari yang aku harapkan.
Aku terpana melihat seluruh isi kehidupanku yang telah aku jalani seperti
yang direkam di dalam arsip ini.

Mungkinkah aku memiliki waktu untuk mengisi masing-masing arsip ini yang
berjumlah ribuan bahkan jutaan kartu? Namun setiap kartu arsip itu
menegaskan kenyataan itu. Setiap kartu itu tertulis dengan tulisan
tanganku sendiri. Setiap kartu itu ditanda-tangani dengan tanda tanganku
sendiri.

Ketika aku menarik kartu arsip bertanda "Pertunjukan-pertunjukan TV yang
Aku Tonton", aku menyadari bahwa arsip ini semakin bertambah memuat
isinya. Kartu-kartu arsip tentang acara TV yang kutonton itu disusun
dengan padat, dan setelah dua atau tiga yard, aku tak dapat menemukan
ujung arsip itu. Aku menutupnya, merasa malu, bukan karena kualitas
tontonan TV itu, tetapi karena betapa banyaknya waktu yang telah aku
habiskan di depan TV seperti yang ditunjukkan di dalam arsip ini.

Ketika aku sampai pada arsip yang bertanda "Pikiran-Pikiran yang Ngeres",
aku merasa merinding di sekujur tubuhku. Aku menarik arsip ini hanya satu
inci, tak mau melihat seberapa banyak isinya, dan menarik sebuah kartu
arsip. Aku terperangah melihat isinya yang lengkap dan persis. Aku merasa
mual mengetahui bahwa ada saat di hidupku yang pernah memikirkan hal-hal
kotor seperti yang dicatat di kartu itu. Aku merasa marah.

Satu pikiran menguasai otakku: Tak ada seorangpun yang boleh melihat isi
kartu-kartu arsip in! Tak ada seorangpun yang boleh memasuki ruangan ini!
Aku harus menghancurkan arsip-arsip ini! Dengan mengamuk bagai orang gila
aku mengacak-acak dan melemparkan kartu-kartu arsip ini. Tak peduli berapa
banyaknya kartu arsip ini, aku harus mengosongkannya dan membakarnya.
Namun pada saat aku mengambil dan menaruhnya di suatu sisi dan menumpuknya
di lantai, aku tak dapat menghancurkan satu kartupun. Aku mulai menjadi
putus asa dan menarik sebuah kartu arsip, hanya mendapati bahwa kartu itu
sekuat baja ketika aku mencoba merobeknya. Merasa kalah dan tak berdaya,
aku mengembalikan kartu arsip itu ke tempatnya. Sambil menyandarkan
kepalaku di dinding, aku mengeluarkan keluhan panjang yang mengasihani
diri sendiri.

Dan kemudian aku melihatnya. Kartu itu berjudul "Orang-orang yang Pernah
Aku Bagikan Injil". Kotak arsip ini lebih bercahaya dibandingkan kotak
arsip di sekitarnya, lebih baru, dan hampir kosong isinya. Aku tarik kotak
arsip ini dan sangat pendek, tidak lebih dari tiga inci panjangnya. Aku
dapat menghitung jumlah kartu-kartu itu dengan jari di satu tangan. Dan
kemudian mengalirlah air mataku. Aku mulai menangis. Sesenggukan begitu
dalam sehingga sampai terasa sakit. Rasa sakit itu menjalar dari dalam
perutku dan mengguncang seluruh tubuhku. Aku jatuh tersungkur, berlutut,
dan menangis. Aku menangis karena malu, dikuasai perasaan yang memalukan
karena perbuatanku. Jajaran kotak arsip ini membayang di antara air
mataku. Tak ada seorangpun yang boleh melihat ruangan ini, tak seorangpun
boleh.

Aku harus mengunci ruangan ini dan menyembunyikan kuncinya. Namun ketika
aku menghapus air mata ini, aku melihat Dia.

Oh, jangan! Jangan Dia! Jangan di sini. Oh, yang lain boleh asalkan jangan
Yesus! Aku memandang tanpa daya ketika Ia mulai membuka arsip-arsip itu
dan membaca kartu-kartunya. Aku tak tahan melihat bagaimana reaksi-Nya.
Dan pada saat aku memberanikan diri memandang wajah-Nya, aku melihat
dukacita yang lebih dalam dari pada dukacitaku. Ia nampaknya dengan
intuisi yang kuat mendapati kotak-kotak arsip yang paling buruk.

Mengapa Ia harus membaca setiap arsip ini? Akhirnya Ia berbalik dan
memandangku dari seberang di ruangan itu. Ia memandangku dengan rasa iba
di mata-Nya. Namun itu rasa iba, bukan rasa marah terhadapku. Aku
menundukkan kepalaku, menutupi wajahku dengan tanganku, dan mulai menangis
lagi. Ia berjalan mendekat dan merangkulku. Ia seharusnya dapat mengatakan
banyak hal. Namun Ia tidak berkata sepatah katapun. Ia hanya menangis
bersamaku.

Kemudian Ia berdiri dan berjalan kembali ke arah dinding arsip-arsip.
Mulai dari ujung yang satu di ruangan itu, Ia mengambil satu arsip dan,
satu demi satu, mulai menandatangani nama-Nya di atas tanda tanganku pada
masing-masing kartu arsip. "Jangan!" seruku bergegas ke arah-Nya. Apa yang
dapat aku katakan hanyalah "Jangan, jangan!" ketika aku merebut kartu itu
dari tangan-Nya. Nama-Nya jangan sampai ada di kartu-kartu arsip itu.
Namun demikian tanpa dapat kucegah, tertulis di semua kartu itu nama-Nya
dengan tinta merah, begitu jelas, dan begitu hidup. Nama Yesus menutupi
namaku. Kartu itu ditulisi dengan darah Yesus! Ia dengan lembut mengambil
kembali kartu-kartu arsip yang aku rebut tadi. Ia tersenyum dengan sedih
dan mulai menandatangani kartu-kartu itu. Aku kira aku tidak akan pernah
mengerti bagaimana Ia melakukannya dengan demikian cepat, namun kemudian
segera menyelesaikan kartu terakhir dan berjalan mendekatiku. Ia menaruh
tangan-Nya di
pundakku dan berkata, "Sudah selesai!"

Aku bangkit berdiri, dan Ia menuntunku ke luar ruangan itu. Tidak ada
kunci di pintu ruangan itu. Masih ada kartu-kartu yang akan ditulis dalam
sisa kehidupanku.

"Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya
kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal." (Yohanes
3:16)

Jika anda ingin meneruskan pesan ini kepada sebanyak mungkin orang-orang
sehingga kasih Tuhan Yesus akan menjamah hidup mereka, forwardlah email
ini! Arsip "Orang-Orang yang Aku Bagikan Injil" milikku akan makin
bertambah besar, bagaimana dengan milik anda?

Anda Tidak Bisa Miskin Lagi! 5

Anda Tidak Bisa Miskin Lagi! 5

IMAN DAN UCAPAN SYUKUR

Minggu ini kita masuk pada bagian terakhir dari seri khotbah ANDA TIDAK BISA MISKIN LAGI! Kita sudah belajar 2 hal penting dalam Perjanjian Berkat Allah:

1. Memberi.

2. Bekerja.

Itu sebabnya hari ini kita akan belajar 2 bagian yang terakhir dari Perjanjian Berkat Allah. Saya percaya bahwa sementara pengertian kita akan kebenaran Firman Allah diperdalam, dan kita sungguh-sungguh mempraktekkannya, maka kuasa Allah akan bekerja dan mujizat terjadi, berkat Allah dicurahkan sehingga anda tidak bisa miskin lagi!

3. Iman Kelimpahan.

a. Yang sedang kita pelajari saat ini adalah PERJANJIAN BERKAT ALLAH, bukan perjanjian manusia. Dan IMAN adalah BAHASA RESMI dalam PERJANJIAN BERKAT ALLAH. Kita tidak bisa berkomunikasi dengan Allah seperti dengan manusia. Ada perbedaannya. Sama halnya kita tidak bisa berkomunikasi dengan orang Amerika dengan bahasa Indonesia. Selama bahasanya berbeda, maka komunikasi tidak akan terjadi. Komunikasi hanya terjadi kalau ada bahasa yang sama.

Dalam komunikasi dengan Allah, IMANLAH yang dipakai menjadi BAHASA RESMI. Artinya tanpa iman, tidak akan nyambung, tidak ‘connect’, tidak akan ada komunikasi, AKIBATNYA tidak ada Perjanjian, alias batal. Hanya orang yang tau bagaimana berjalan dengan iman sajalah, yang bisa nyambung dengan Allah, bisa hidup dalam Perjanjian Berkat Allah, dan karena itu bisa menerima berkat mujizat Allah yang luarbiasa.

b. Alkitab berkata bahwa tanpa iman, tidak mungkin kita berkenan di hadapan Allah. Berarti tanpa iman, pemberian kita juga tidak berkenan di hadapan Allah; tanpa iman, usaha pekerjaan kita, doa kita, puasa kita, dan segala sesuatu yang kita lakukan, tidak berkenan di hadapan Allah. Artinya tanpa iman, batallah Perjanjian Berkat tersebut. Itu sebabnya IMAN punya PERANAN YANG VITAL dalam Perjanjian Berkat Allah ini.

Ingat bahwa Abraham dibenarkan karena IMAN: Allah berfirman, maka percayalah Abraham, dan Allah memperhitungkan itu sebagai kebenaran. Hanya dan hanya dengan iman, manusia berkenan di hadapan Allah. Hanya dengan iman, doa kita didengar, puasa kita berkenan, taburan kita diterima, dan pekerjaan kita menyenangkan hati Allah. Itu sebabnya hari ini saya tantang saudara: Mari kita letakkan iman pengharapan kita kepada Tuhan, bukan pada diri kita, bukan pada orang lain, bukan pada orang kaya, bukan juga pada kekayaan atau keberhasilan, tapi hanya kepada Tuhan. Alkitab berkata: TERJADILAH SESUAI IMANMU!

c. FAKTA dan IMAN mempunyai PERSAMAAN dan PERBEDAAN. Persamaanya adalah kedua-duanya berbicara KENYATAAN. Tapi perbedaanya: Fakta adalah kenyataan intelektual, sedangkan iman adalah kenyataan rohani.

Kebanyakan orang hanya tau tentang kenyataan intelektual saja, yaitu: apa yang bisa kita lihat, bisa kita sentuh, dan bisa kita dengar – kita menyebutnya sebagai kenyataan.

Tapi yang seringkali tidak disadari kebanyakan orang adalah ada sebuah kenyataan lain yang lebih superior, lebih berkuasa, dan sesungguhnya kenyataan inilah yang menciptakan fakta. Itulah kenyataan rohani, yang kita sebut iman.

d. Ibrani 11:1 Iman adalah dasar dari segala sesuatu yang kita harapkan dan BUKTI dari segala sesuatu yang tidak kita lihat.

Apa itu BUKTI? Bukti adalah kenyataan. Dan bukti iman kitalah yang akan membuat segala sesuatu yang tidak kita lihat menjadi bisa kita lihat: kenyataan rohani menjadi kenyataan jasmani.

Ibrani 11:3 Karena iman kita mengerti, bahwa alam semesta telah dijadikan oleh firman Allah, sehingga apa yang kita lihat telah terjadi dari apa yang tidak dapat kita lihat.

Imanlah yang akan mentransferkan kita dari alam natural ke alam supernatural. Imanlah yang akan memindahkan kita dari alam jasmani ke dimensi supernatural. Dan imanlah yang berkuasa untuk membuat apa yang tidak ada menjadi ada. Itu sebabnya, hanya orang yang berjalan dalam imanlah yang bisa melihat mujizat demi mujizat terjadi setiap saat dalam kehidupannya.

e. Kesaksian: Pembangunan Gedung Gereja Keluarga Allah Solo. Anggaran yang diperkirakan waktu itu Rp 40 Milyar. Padahal di rekening gereja hanya ada Rp 4 Milyar, itupun dana yang terkumpul selama 10 tahun. Coba tolong tanya kepada kontraktor manapun, ahli keuangan manapun, bankir manapaun, dan mereka akan komentar: ITU PROYEK GILA!

SALAH!!! Itu bukan proyek gila. Itulah iman. Kalau kita masih bisa melakukan sesuatu dengan kekuatan manusia kita sendiri, itu bukan iman. Itu hitungan matematika biasa. Justru iman diperlukan ketika kita melakukan sesuatu yang diluar kemampuan kita.

Pembangunan itu berjalan sekitar 2,5 tahun. Ada banyak tantangan dan pergumulan, tapi Allah tidak pernah terlambat, Dia setia menolong kita. Kadang-kadang saat pembayaran harus dilakukan, masih belum ada dana yang tersedia. Kalau Pak Obaja mikir seperti itu terus, bisa-bisa stress. Jadi akhirnya dia ambil keputusan: Saya tidak mau lihat lagi rekening gereja, pokok yang penting kalau saya tanda tangan cheque, harus cair. Dan pemeliharaan Allah sungguh sempurna, sampai sekarang ini, Allah selalu menyediakan semua yang dibutuhkan, bahkan lebih dari yang direncanakan.

Pembangunan yang semula ditaksir sekitar Rp 40 M sekarang meningkat banyak sekali menjadi Rp 60 M, itu belum termasuk tanah yang sudah kita punya sebelumnya dan gedung parkir yang masih kita doakan. Tapi seberapapun banyaknya, Allah tetap setia, berkatnya dia curahkan, dan mujizat terjadi secara dahsyat.

Kalau orang tanya: Kok bisa? Masak Rp 4 M bisa bangun Rp 60 M. Itupun Rp 4 M dikumpulkan selama 10 tahun dan Rp 60 M dikumpulkan hanya 2,5 tahun. Matematika dunia tidak sanggup menyelesaikannya, pakar keuangan manapun tidak sanggup memahaminya, HANYA IMAN YANG AKAN MELAKUKAN SEMUANYA dan iman itulah yang menggerakkan respon Tuhan untuk memerintahkan berkatNya tercurah dalam hidup kita.

f. Tidak ada sesuatupun yang bersifat mistis tentang mujizat dan tindakan Allah. Tindakan Allah adalah akibat dari kita melakukan Firman Allah dengan iman. Setiap tindakan Allah adalah respon dari Firman Allah yang ada di pikiran kita yang dimanifestasikan / dilakukan dengan iman. Kalau kita melakukannya, Allah tidak akan menipu, sebaliknya, Dia komit untuk melakukan semua yang sudah Dia sudah janjikan. Artinya kalau kita melakukan bagian kita dalam Perjanjian Berkat Allah dengan iman, maka Allah juga komit untuk melakukan bagiannya, dan berkat-berkatNya akan dicurahkan secara luarbiasa.

Tanpa iman, Perjanjian Berkat Allah akan menjadi tidak logis bagi kita, tidak masuk akal, dan tidak ada artinya. Tapi dengan iman, maka iman itulah yang akan memberi kuasa pada Perjanjian Berkat ini sehingga sungguh-sungguh terjadi. Imanlah yang membuat ayat-ayat itu berkuasa, sehingga kuasa mujizat Allah dinyatakan, dan berkat Allah dicurahkan berkelimpahan dalam hidup kita.

g. Iman adalah tiket kemenangan gereja Tuhan. Itu sebabnya iman kita selalu menjadi target serangan musuh. Jangan ijinkan iman kita menjadi filosofi. Jangan kecilkan iman anda sekedar menjadi prinsip-prinsip. Jangan membuang waktu untuk mendengarkan ‘tape’ atau membaca buku-buku motivasional. Saya punya sesuatu yang lebih superior dari itu semua, yaitu Firman Allah.

§ Tidak satupun dari buku-buku motivasional itu yang bisa menutup mulut singa-singa, tapi dengan iman Daniel melakukannya.

§ Tidak ada satupun dari kaset-kaset motivasional yang bisa menaklukkan tempat berapi, tapi dengan iman, Sadrakh, Mesakh, dan Abednego melakukannya.

§ Tidak ada satupun dari buku-buku sekuler yang bisa mengajarkan kita bagaimana caranya memultiplikasikan 5 roti dan 2 ikan untuk memberi makan 5000 orang dan masih sisa 12 bakul, tapi dengan Iman Yesus melakukannya.

Rasul Paulus berkata: Aku tidak malu terhadap Injil Yesus Kristus, SEBAB INJIL ADALAH KEKUATAN ALLAH bagi setiap orang YANG PERCAYA. Bukan bagi yang mendengar, bukan juga bagi yang mengerti, bahkan bukan bagi yang hanya melakukan, tapi bagi yang percaya. ARTINYA KEKUATAN ALLAH AKAN MENJADI MILIK ORANG YANG PERCAYA. Bukan tindakan saja yang akan menghasilkan kuasa Allah. Tindakan kita yang disertai imanlah yang akan menghasilkan mujizat: menaburlah dengan imanlah, bekerja dengan imanlah, berdoa dengan imanlah – itu yang menghasilkan mujizat dalam hidup kita.

h. KITA TIDAK MUNGKIN MENYEJAJARKAN IMAN DENGAN FAKTA ATAU PRINSIP. Dengan iman, mulut singa ditutup. Coba pikir apakah ada prinsip yang bisa menutup mulut singa? Tidak! Tapi melalui iman, Daniel menutup mulut singa. Iman superior atas fakta dan prinsip. Bagaimana dengan Sadrakh, Mesakh, dan Abednego? Bisakah dijelaskan dengan ilmu pengetahuan? Tidak! Tapi dengan iman, mereka menaklukan tempat perapian itu. Tidak ada yang bisa menjelaskan kelahiran Ishak dengan usia Abraham dan Sara. Abraham punya fakta di kepalanya, tapi Abraham juga punya iman dalam hatinya – inilah yang bisa menjadikan Abraham sebagai Bapa Orang Beriman.

i. Kesaksian: Seorang anggota jemaat di gereja kita tergerak untuk membeli dan mengirimkan buku ANDA TIDAK BISA MISKIN LAGI kepada pamannya di luar kota. Ketika buku itu sampai, pamannya membaca itu, urapan Roh Kudus bekerja dan membuat kata-kata yang tertulis dalam buku itu seperti menjadi hidup. Dia berkata bahwa ada banyak sekali rhema Firman Allah yang dia dapatkan dan dengan antusias dia melakukannya.

Orang ini mempunyai usaha bengkel. Sebelum membaca buku ini, usahanya sedang bermasalah, bahkan dari yang saya dengar, untuk makan saja tidak cukup. Akan tetapi sejak buku itu sampai di tangannya, dia baca, dan dia lakukan dengan sukacita, tiba-tiba sesuatu terjadi. Berkat Allah dicurahkan secara berkelimpahan dan bengkelnya mengalami kemajuan sangat pesat.

Sampai-sampai suatu kali ketika mereka berbicara dengan anggota jemaat kita dan mereka mengetahui bahwa anggota kita ini sedang membutuhkan sepeda motor, mereka berkata: Nggak masalah, saya akan belikan dan kirimkan sepeda motor itu! Luarbiasa, ngasih buku, balik sepeda motor!

Saya percaya ketika orang itu membaca buku, imannya dibangkitkan, dia percaya dengan prinsip Firman Allah. Imannya itulah yang menggerakkan Allah, mujizat terjadi, berkat dicurahkan berkelimpahan dan dia jadi berkat bagi orang lain. Halleuya!

j. Applikasi:

§ Iman apa yang engkau miliki akan Tuhan lakukan untuk keuanganmu?!

§ Iman apa yang engkau punya akan pekerjaan dan bisnismu?!

§ Iman apa yang ada dalam hatimu tentang masa depanmu?!

Milikilah visi yang besar! Milikilah iman yang besar! Maka perkara besar, berkat besar, dan mujizat besar yang akan terjadi dalam kehidupanmu.

4. Ucapan Syukur.

a. Baca Mazmur 92:2-3 !!!

2 Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada TUHAN, dan untuk menyanyikan mazmur bagi nama-Mu, ya Yang Mahatinggi, 3 untuk memberitakan kasih setia-Mu di waktu pagi dan kesetiaan-Mu di waktu malam.

Firman Tuhan mengajarkan: Adalah baik untuk menyanyikan syukur kepada Tuhan. Dengarkan baik-baik: UCAPAN SYUKUR ADALAH KEKUATAN SURGA UNTUK MENGUBAH KEADAAN. UCAPAN SYUKUR ADALAH KEKUATAAN KERAJAAN ALLAH UNTUK MENGUBAH KEADAAN.

Tidak ada keadaan apapun yang tidak bisa dirubah oleh kekuatan ucapan syukur. Ucapan syukur ibaratnya adalah tombolnya untuk mengubah keadaan. Situasi apapun dalam hidup anda, tidak ada yang tidak bisa dirubah oleh ucapan syukur.

§ Dengan kuasa ucapan syukur, keuangan anda akan berubah!

§ Dengan ucapan syukur, anda akan dipromosikan dalam pekerjaan anda!

§ Melalui ucapan syukur, akan terjadi ledakan dalam bisnis anda!

§ Melalui ucapan syukur, keluarga anda diselamatkan!

§ Dengan ucapan syukur sakit anda disembuhkan!

§ Dengan ucapan syukur, doa anda dijawab!

b. Baca Mazmur 92:11-16 !!!

11 Tetapi Kautinggikan tandukku seperti tanduk banteng, aku dituangi dengan minyak baru;

Melalui ucapan syukur, promosi dan peninggian dari Tuhan akan datang atas hidup kita! Sehingga tanduk kita akan seperti tanduk banteng. Tanduk banteng berbicara tentang kegagahan, kekuasaan dan kebesaran. Artinya ketika mulut kita penuh dengan ucapan syukur, maka Tuhan akan memberikan kegagahan, kekuasaan dan kebesaran dalam hidup kita!

Ucapan syukurlah yang memberi kita akses pada minyak baru, itulah urapan baru. Dan selama kepala kita dibasahi dengan minyak urapan yang baru, maka tidak akan ada yang bisa mengalahkan kita. Kita akan menjadi kekuatan yang tidak terhentikan dan tidak terkalahkan.

12 mataku memandangi seteruku, telingaku mendengar perihal orang-orang jahat yang bangkit melawan aku.

Bersatu jalan mereka mendatangi kita, bertujuh jalan mereka akan lari dari pada kita. Tidak ada orang yang sanggup untuk berdiri di hadapan orang yang diurapi Tuhan, itulah Firman Allah pada Yosua. Kalau urapan baru ada di kepala anda, tidak akan ada musuh yang sanggup untuk bertahan di hadapan saudara. Tuhan yang akan pergi berperang, memporak-porandakan dan menghancurkan mereka, dan memberikan kemenangan yang gilang gemilang kepada kita.

13 Orang benar akan bertunas seperti pohon korma, akan tumbuh subur seperti pohon aras di Libanon; 14 mereka yang ditanam di bait TUHAN akan bertunas di pelataran Allah kita. 15 Pada masa tua pun mereka masih berbuah, menjadi gemuk dan segar, 16 untuk memberitakan, bahwa TUHAN itu benar, bahwa Ia gunung batuku dan tidak ada kecurangan pada-Nya.

Orang yang hidup dalam pengucapan syukur, pada masa tuapun mereka masih berbuah, menghasilkan, memancarkan cahaya kemuliaan Allah. Semua yang mereka lakukan menjadi gemuk dan segar, artinya semakin berkembang dan diberkati berlimpah-limpah. Itu kekuatan mengucap syukur. Mengucap syukur mendatangkan berkat Allah dalam hidup kita.

c. Perhatikan ABRAHAM! Ketika dia sudah lanjut umurnya, Abraham masih belum juga punya anak. Akan tetapi Abraham tidak putus asa dan bersungut-sungut, sebaliknya Abraham memuliakan Allah. Dan karena itulah Tuhan mengaruniakan Ishak kepadanya. Belajarlah untuk memuliakan Allah!

d. Ingat tentang Kisah MUJIZAT 5 ROTI 2 IKAN?! Kapan mujizat itu terjadi? Apakah ketika anak itu mempersembahkan benihnya dan memberikan bekalnya pada Yesus? Tidak. Jadi kapan mujizat itu terjadi? Apakah ketika murid-murid Yesus kebingungan bagaimana mendapatkan makanan sebanyak itu untuk memberi makan 5000 orang? Tidak juga!

Periksa baik-baik: Mujizat terjadi ketika Yesus mengucap syukur! Ucapan syukur itu menjadi kuasa yang sangat dahsyat untuk mengubah situasi.

Tadinya mereka mengalami kekurangan, akan tetapi ketika kekuatan ucapan syukur dipakai, maka situasi berubah total secara drastis. Bukan hanya 5000 orang diberi makan sampai kenyang, tapi masih sisa 12 bakul. Melalui ucapan syukur kekurangan berubah menjadi kelimpahan.

Itu sebabnya ketika saya menaburkan benih persembahan saya kepada Tuhan, saya selalyu mengucap syukur atasnya, saya bersukacita bahwa Tuhan itu baik, dan saya berterima kasih karena Tuhan senantiasa setia untuk memultiplikasikan setiap benih yang saya tabur. Dan itulah yang sungguh-sungguh terjadi dalam hidup saya.

Sayangnya ada banyak orang Kristen yang menaburkan benihnya, tapi setelah itu suka bersungut-sungut. Bersungut-sungut tentang bisnisnya, usahanya, keuangannya, istrinya, pelayanannya, dst. Itu sebabnya multiplikasi tuaian benih tidak pernah terjadi dalam kehidupannya.

Jangan bergaul dengan orang yang suka bersungut-sungut. Bahkan di dalam gereja. Ada sebagian orang yang memberi masukan dan berjuang bersama-sama untuk membangun gereja. Itu baik! Tapi ada juga sebagian orang yang suka untuk bersungut-sungut terhadapa segala sesuatu: dari pujiannya, pengkhotbahnya, gembala sidangnya, staff gembalanya, keuangan gereja, usher dan kolektannya, dst. Orang seperti itu sukar untuk mengalami multiplikasi. Mengapa? Kekuatan ucapan syukur belum dia miliki. Hari ini buang jauh-juah sungut-sungut dari hidup anda, dan kenakan kata-kata ucapan syukur kepada Tuhan, maka lihatlah minyak yang baru Tuhan curahkan, kekuatan Tuhan akan mengalir, dan berkat-berkat berkelimpahan.

e. Masih ingat juga dengan kisah LAZARUS YANG SUDAH MATI 4 HARI DIBANGKITKAN KEMBALI. Istilahnya dalam kepolisian, KASUS DITUTUP. Bukan hanya dia sakit, tapi dia sudah mati. Bahkan bukan hanya sudah mati, tapi tubuhnya mulai membusuk, kembali menjadi tanah, dan sangat berbau. Itulah NASI SUDAH MENJADI BUBUR! Tidak ada lagi pengharapan. Tidak ada lagi yang bisa diperbuat. Tapi lihat apa yang dilakukan Yesus!

Baca Yohanes 11:41-44 !!!

41 Maka mereka mengangkat batu itu. Lalu Yesus menengadah ke atas dan berkata: "Bapa, Aku MENGUCAP SYUKUR kepada-Mu, karena Engkau telah mendengarkan Aku. 42 Aku tahu, bahwa Engkau selalu mendengarkan Aku, tetapi oleh karena orang banyak yang berdiri di sini mengelilingi Aku, Aku mengatakannya, supaya mereka percaya, bahwa Engkaulah yang telah mengutus Aku." 43 Dan sesudah berkata demikian, berserulah Ia dengan suara keras: "Lazarus, marilah ke luar!" 44 Orang yang telah mati itu datang ke luar, kaki dan tangannya masih terikat dengan kain kapan dan mukanya tertutup dengan kain peluh. Kata Yesus kepada mereka: "Bukalah kain-kain itu dan biarkan ia pergi."

Sekali lagi Yesus menggunakan salah satu senjata pamungkasnya: Yesus mengucap syukur dan Lazarus bangkit dari kematian! Orang yang tadinya menghina dan mengolok-olok perkataan Yesus, tapi melalui ucapan syukur, mereka melihat perbuatan Allah yang ajaib, dan mempermuliakan Allah.

Mungkin pernikahanmu sudah seperti Lazarus pada waktu itu. Mungkin keuanganmu juga sudah membusuk seperti Lazarus. Atau mungkin pekerjaan dan bisnismu yang sudah mati seperti Lazarus. Apapun situasi yang engkau hadapi, sadarlah bahwa ucapan syukur adalah kekuatan untuk mengubah situasi. Melalui ucapan syukur, Lazarus dibangkitkan. Saya percaya kalau engkau mengucap syukur, lazarus keuanganmu juga akan dibangkitkan. Lazarus bisnis dan pekerjaanmu akan dihidupkan kembali. Lazarus pernikahanmu juga akan dipulihkan! Mengucap syukurlah maka PERUBAHAN akan terjadi.

f. NUBUATAN:

§ Mengucap syukurlah, maka tahun ini akan menjadi tahun kebangkitan bagi bisnismu!

§ Mengucap syukurlah, maka engkau akan mengalami ledakan keuangan.

§ Mengucap syukurlah, maka pintu yang sudah lama tertutup itu akan terbuka!

§ Mengucap syukurlah dan lihatlah multiplikasi sedang terjadi.

Related Pages