Wednesday, September 24, 2008

Pertempuran Yang Tidak Seimbang 2


Pendahuluan:

Hari ini kita masuk pada bagian ke-2 dari seri khotbah ‘Pertempuran yang Tidak Seimbang’ – pertempuran Daud Versus Goliat. Kalau dipikir-pikir bukankah sebenarnya ini adalah sebuah pertempuran yang tidak seimbang. Bagaimana mungkin seorang Daud bisa mengalahkan raksasa sebesar Goliat?! Ini tidak adil. Bayangkan saja Daud dengan segala keterbatasannya harus berhadapan dengan Goliat yang memiliki banyak kelebihan yang luarbiasa. Secara manusia Daud pasti kalah.

Akan tetapi diluar perkiraan manusia, tiba-tiba Daud yang tadinya ada di posisi underdog / pupuk bawang alias tidak diperhitungkan sama sekali, bisa memberikan perlawanan yang luarbiasa bahkan berhasil mengalahkan Goliat dengan kemenangan yang sangat memukau. Dari orang yang tadinya tidak dipandang sebelah mata sama sekali, tiba-tiba berubah menjadi seorang pahlawan. Bahkan namanya melejit sebagai THE NEW RISING STAR / BINTANG BARU YANG SEDANG BERSINAR mengalahkan popularitas Saul yang adalah rajanya sendiri. Bangsa Israel membuat nyanyi-nyanyian untuk Daud: Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tapi Daud mengalahkan berlaksa-laksa. Sekalipun di hadapannya, Daud harus menghadapi THE UNFAIR BATTLE / Pertempuran yang Tidak Seimbang, tapi ternyata Daud berhasil keluar sebagai pemenangnya.

Dalam kehidupan kita kadang-kadang kita juga ada di posisi yang tidak jauh berbeda dari Daud: seolah-olah kita menghadapi masalah yang lebih besar dari kekuatan kita, hutang yang lebih besar dari kesanggupan kita, kesalahpahaman yang lebih ruwet dari kemampuan kita menyelesaikannya, dst. Kita akan belajar bagaimana Daud bisa memenangkan pertempuran yang tidak seimbang, supaya kita juga bisa mengalami kemenangan yang luarbiasa dalam setiap pertempuran di hidup kita.

BAGAIMANA DAUD MEMENANGKAN PERTEMPURAN YANG TIDAK SEIMBANG?

1. Daud berharap penuh pada Tuhan dan bukan manusia.
2. Daud menggunakan kuasa perkataan.


Isi:

3. Daud mengalahkan kekecewaan terlebih dahulu sebelum ia mengalahkan Goliat.

a. Baca 1 Samuel 17:17-31 !!!

17 Isai berkata kepada Daud, anaknya: "Ambillah untuk kakak-kakakmu bertih gandum ini seefa dan roti yang sepuluh ini; bawalah cepat-cepat ke perkemahan, kepada kakak-kakakmu. 18 Dan baiklah sampaikan keju yang sepuluh ini kepada kepala pasukan seribu. Tengoklah apakah kakak-kakakmu selamat dan bawalah pulang suatu tanda dari mereka. 19 Saul dan mereka itu dan semua orang Israel ada di Lembah Tarbantin tengah berperang melawan orang Filistin." 20 Lalu Daud bangun pagi-pagi, ditinggalkannyalah kambing dombanya pada seorang penjaga, lalu mengangkat muatan dan pergi, seperti yang diperintahkan Isai kepadanya. Sampailah ia ke perkemahan, ketika tentara keluar untuk mengatur barisannya dan mengangkat sorak perang. 21 Orang Israel dan orang Filistin itu mengatur barisannya, barisan berhadapan dengan barisan.









22 Lalu Daud menurunkan barang-barangnya dan meninggalkannya di tangan penjaga barang-barang tentara. Berlari-larilah Daud ke tempat barisan; sesampai di sana, bertanyalah ia kepada kakak-kakaknya apakah mereka selamat. 23 Sedang ia berbicara dengan mereka, tampillah maju pendekar itu. Namanya Goliat, orang Filistin dari Gat, dari barisan orang Filistin. Ia mengucapkan kata-kata yang tadi juga, dan Daud mendengarnya. 24 Ketika semua orang Israel melihat orang itu, larilah mereka dari padanya dengan sangat ketakutan. 25 Berkatalah orang-orang Israel itu: "Sudahkah kamu lihat orang yang maju itu? Sesungguhnya ia maju untuk mencemoohkan orang Israel! Orang yang mengalahkan dia akan dianugerahi raja kekayaan yang besar, raja akan memberikan anaknya yang perempuan kepadanya dan kaum keluarganya akan dibebaskannya dari pajak di Israel." 26 Lalu berkatalah Daud kepada orang-orang yang berdiri di dekatnya: "Apakah yang akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan orang Filistin itu dan yang menghindarkan cemooh dari Israel? Siapakah orang Filistin yang tak bersunat ini, sampai ia berani mencemoohkan barisan dari pada Allah yang hidup?" 27 Rakyat itupun menjawabnya dengan perkataan tadi: "Begitulah akan dilakukan kepada orang yang mengalahkan dia." 28 Ketika Eliab, kakaknya yang tertua, mendengar perkataan Daud kepada orang-orang itu, bangkitlah amarah Eliab kepada Daud sambil berkata: "Mengapa engkau datang? Dan pada siapakah kautinggalkan kambing domba yang dua tiga ekor itu di padang gurun? Aku kenal sifat pemberanimu dan kejahatan hatimu: engkau datang ke mari dengan maksud melihat pertempuran." 29 Tetapi jawab Daud: "Apa yang telah kuperbuat? Hanya bertanya saja!" 30 Lalu berpalinglah ia dari padanya kepada orang lain dan menanyakan yang sama. Dan rakyat memberi jawab kepadanya seperti tadi. 31 Terdengarlah kepada orang perkataan yang diucapkan oleh Daud, lalu diberitahukanlah kepada Saul. Dan Saul menyuruh memanggil dia.

b. Ketika Daud melihat dan mendengar perkataan Goliat yang menantang, merendahkan, dan mengutuki bangsa Israel itu, dia punya niat yang baik untuk menyelamatkan muka bangsa Israel, menghindarkannya dari cemoohan orang Filistin, dan membela barisan tentara Allah. Akan tetapi baru dia mengungkapkan niat baiknya itu, tiba-tiba dia mendapat semburan amarah dari kakanya, Eliab: “Ngapain kamu di sini? Harusnya kan kamu menggembalakan kambing domba yang cuma 2 atau 3 ekor itu? Di mana tanggung jawabmu? Aku tau niat busukmu! Aku tau kamu pasti punya maksud jahat! Pulang sana! Kamu nggak pantas berada di sini! Dst.

Coba bayangkan posisi Daud pada waktu itu! Cemoohan dan hinaan itu bukan diucapkan oleh orang asing. Kakaknya sendiri, Eliab, yang seharusnya mengayomi, mendukung, membesarkan hati Daud, memberi semangat, dan mempercayai Daud, malah berbalik dan mengata-ngatai Daud dengan berbagai macam tuduhan dan fitnahan. Harusnya Daud sakit hati, harusnya Daud kecewa, harusnya Daud mengundurkan diri saja. Ngapain repot-repot membela barisan tentara Allah kalau dituduh yang tidak-tidak?! Ngapain melayani Tuhan dan mempertaruhkan segala sesuatu termasuk nyawanya sendiri padahal dicaci maki dan dicemooh seperti itu?! DIA PUNYA 1001 ALASAN UNTUK KECEWA! (Kadang kita juga berkata begitu: ngapain repot-repot melayani kalau dapatnya Cuma kaya gini, aku jadi kaya orang gila saja!)

Namun demikian Daud memilih tidak mau kecewa, Daud menolak yang namanya sakit hati, Daud berhasil mengalahkan semua perasaan negatif yang muncul keluar akibat perlakukan kakaknya tersebut sehingga hatinya terjaga tetap bersih dan perkenanan Tuhan turun dalam kehidupannya. Karena itulah Daud bisa maju berperang dan mengalahkan Goliat.

Kalau seandainya Daud gagal mengatasi perasaan kecewa dan sakit hatinya itu, maka dia akan maju berperang dalam keadaan hati yang campur aduk – gusar, marah, kecewa, tidak terima, dst – akibatnya dia tidak bisa memfokuskan kekuatannya untuk membela barisan tentara Israel, dia tidak bisa melawan Goliat dengan sepenuh hati, akibatnya dia akan kalah dalam medan pertempuran.










c. Dalam kehidupan kita juga demikian. Seringkali yang menjadi penyebab kekalahan dan kegagalan dalam hidup kita adalah perasaan kecewa dan sakit hati yang belum dipulihkan secara total. Kita tau bahwa harusnya kita mengampuni, tapi bagaimana lagi, pada kenyataannya hati kita rasanya pedih, dikhianati, sakit, kecewa, marah, dendam, dst. Akibatnya ketika kita menghadapi pertempuran yang sesungguhnya melawan Goliat, kita tidak bisa berkonsentrasi, kita tidak bisa memfokuskan hati kita sepenuhnya, kita gampang emosi dan marah, kita bertindak gegabah dan serampangan. Akibatnya fatal sekali: Kita akan mengalami kekalahan demi kekalahan dalam kehidupan kita.

d. Belajarlah dari Daud! Daud tidak hanya diperlakukan dengan tidak baik oleh kakaknya. Bahkan orang tuanya sendiri memperlakukan Daud dengan tidak adil, pilih kasih, dan semena-mena. Bagaimana mungkin kakaknya yang lain diijinkan jadi tentara (yang pada jaman itu adalah jabatan kehormatan), sedangkan Daud hanya disuruh untuk menggembalakan domba (yang jaman itu adalah pekerjaan rendahan), itupun jumlahnya Cuma 2 dan 3 ekor. Ini suatu perlakuan yang tidak adil sama sekali. Ibaratnya Daud tidak diberi kesempatan untuk berkembang, Daud tidak diberi fasilitas seperti kakak-kakaknya, Daud dibedakan dan dianaktirikan oleh ayahnya.

Bukan hanya itu, yang lebih mengenaskan lagi ketika Nabi Allah, yaitu Samuel datang pada Isai, ayah Daud, untuk mengadakan PEMILIHAN RAJA (WHO WILL BE THE NEXT KING), Daud justru disingkirkan. Artinya Daud sudah didiskualifikasi sebelum kontes dimulai. Hak Daud untuk ikut kontes langka itu lenyap begitu saja. Secara manusia, Daud hopeless dan tidak punya pengharapan apa-apa, dia tidak punya kesempatan untuk memberi kesan pada Samuel.

Dengan perlakuan sejahat dan setidak adil ini, Daud punya alasan untuk iri hati, kecewa, sakit hati, bahkan benci dan dendam terhadap keluarganya. Harusnya Daud minggat saja dari rumah, pergi saja meninggalkan ayahnya, hidup sendiri saja, bahkan kalau punya kesempatan dia bisa belas dendam pada keluarganya.

Akan tetapi luarbiasanya Daud berbeda, Daud sekali lagi menolak untuk kecewa, dia tidak mau putus asa, dia bisa menjaga hatinya sedemikian rupa, dan ini berkenan di hadapan Tuhan sehingga Daud dijuluki Tuhan ‘A man after God’s own heart’ / orang yang berkenan di hadapan Allah. Akibatnya Daud dipilih dan diurapi Allah untuk menjadi THE NEXT KING / Raja Berikutnya.

Coba renungkan seandainya Daud sakit hati dan kecewa, maka dia akan memilih untuk minggat dari rumah, sehingga dia benar-benar kehilangan kesempatan menjadi raja tersebut. Ketika Samuel menyuruh Isai mencari Daud dan tidak menemukannya, maka Daud akan kehilangan kesempatannya itu.

Coba renungkan ketika Daud mengijinkan perkataan negatif kakaknya itu membuat dia down dan mundur, maka dia akan kehilangan kesempatan sekali seumur hidup untuk menghadapi Goliat dan cerita Daud mengalahkan Goliat tidak akan pernah kita dengar sampai hari ini.

e. Artinya begini: Sebelum Daud bisa mengalahkan kekecewaan dan sakit hatinya, dia tidak akan pernah bisa mengalahkan Goliat, dia tidak akan pernah bisa melayani Tuahn dan membela barisan tentara Allah. Sebelum Daud bisa menyingkirkan semua perasaan negatif itu, Daud tidak bisa diangkat menjadi raja. Jadi kalahkan dahulu kecewa dan sakit hati, maka kita akan bisa mengalahkan Goliat-goliat dalam hidup kita.

f. Applikasi:
 Saya rasa ada beberapa orang di tempat ini yang diperlakukan tidak adil seperti Daud. Engkau merasa sebagai anak yang tidak diperhatikan dan disayang orang tuamu seperti saudaramu yang lain. Dalam hal sikap orang tua kita, fasilitas yang diberikan, hadiah, dan keputusan-keputusan, kita merasa dibedakan dan diperlakukan dengan tidak adil.





Akibatnya kita jadi kecewa dan sakit hati dengan orang tua kita. Kemudian kita mulai menuntut persamaan hak kita. Coba renungkan baik-baik: Seandainya kita menuntut persamaan fasilitas dan perlakuan orang tua terhadap kita, ada 2 kemungkinan yang terjadi. Pertama, kita akan mendapatkan fasilitasnya tapi tidak hatinya dan kasihnya. Kedua, kita akan ditolak tidak mendapatkan fasilitas sekaligus semakin kehilangan kasih dari orang tua kita (mereka akan semakin merasa tidak suka kepada kita).

Kalau mau dipikir-pikir lagi: Mengapa kita harus berusaha untuk jadi anak yang paling disayang? Mungkin kita memang tidak perlu menjadi anak yang paling disayang! Mungkin saudara kita lebih butuh kasih itu daripada kita! Selama dalam sebuah keluarga ada lebih dari 1 anak, pasti akan ada anak yang ‘lebih disayang’ dibandingkan yang lain. Kalau setiap anak berebut menjadi yang paling disayang, pasti ada yang berhasil dan ada yang gagal.

Belajar dari Daud! Dia tidak disayang, dia sangat dibedakan dengan kentara, dia diperlakukan semena-mena – DAUD MENGALAMI KEKOSONGAN KASIH. Tapi yang luarbiasa dari Daud: DIA MENOLAK UNTUK KECEWA, SEBALIKNYA DIA RUBAH KEHAUSAN KASIH DARI ORANGTUANYA MENJADI KEHAUSAN KASIH AKAN TUHAN, sehingga dia tidak lagi kosong, tapi penuh melimpah dengan kasih Allah yang luarbiasa.

Saat dia sendiri, dia merasa Tuhan ada di sisinya sebagai sahabat. Saat orang tuanya meninggalkan dia, tapi dia berkata: Seperti Bapa sayang anaknya demikianlah Tuhan sayang aku. Saat kakaknya tidak mau membela dia, Daud bermazmur kepada Tuhan: Tuhanlah pembelaku, menara kekuatanku, gunung batu keselamatanku.

Dia bisa menolah untuk kecewa dan sakit hati, karena DAUD MENJADIKAN TUHAN SUMBER DALAM HIDUPNYA – SUMBER KASIH, SUMBER PERHATIAN, SUMBER KEKUATAN, SUMBER PERTOLONGAN, SUMBER PENGHARAPAN, DAN SUMBER SEGALA-GALANYA.

Mulai hari ini ambil keputusan untuk tidak lagi iri hati, ambil keputusan untuk tidak lagi kecewa, ambil keputusan untuk tidak mau sakit hati. Itu yang akan membuat hidup kita menjadi orang berkenan di hadapan Allah dan penyertaaNya akan Dia berikan sehingga kita mengalami kememangan demi kemenangan yang luarbiasa dalam hidup kita.

 Dalam melayani Tuhan, mungkin ada beberapa kejadian yang bisa membuat kita kecewa dengan pemimpin kita, sakit hati dengan PKS kita, marah dengan sesama reka kelompok sel, jengkel dengan gereja, dst. Namun hari ini ingat baik-baik, sebelum kita bisa mengalahkan kekecewaan tersebut, kita tidak akan pernah bisa melayani Tuhan dengan baik dan mempermuliakan Tuhan. Kalahkan kekecewaanmu, maka Tuhan akan memakai engkau untuk mengalahkan Goliat dan melakukan perkara-perkara yang besar bagi Tuhan.

 Dalam pekerjaan, bisnis, dan studi kadang-kadang kita mengalami masalah dengan bos kita, sesama rekan kerja, bawahan, teman sekolah, dosen atau guru kita, dst. Bisa saja kita menjadi kecewa dan marah. Tapi ingat selama kita tidak bisa mengalahkan perasaan kecewa terseut, selama itu juga kita tidak akan pernah bisa menang melawan Goliat, kita akan kehilangan kesempatan dipromosikan, kita akan kehilangan berkat dan anugerah Tuhan yang besar. Kalau hari ini engkau mau mengampuni orang yang bersalah kepadamu seperti Tuhan sudah mengampuni engkau, maka berkatNya, kuasaNya dan mujizatNya akan Dia kerjakan dengan dahsyat dalam kehidupanmu.

g. Kesaksian: Coba pikir kenapa Tuhan memberkati gereja kita secara luarbiasa?! Dalam melayani bersama di gereja ini, kadang-kadang ada juga hal-hal tertentu yang terjadi yang bisa menyebabkan kesalahpahaman, gesekan dan benturan antara saya, staff gembala, staff full timer, dan bahkan jemaat di tempat ini. Hal-hal seperti ini bisa membuat kita kecewa da sakit hati.





Kalau kita tidak bisa mengalahkan perasaan seperti itu, maka perpecahan akan terjadi, atau paling minimal kita akan mengundurkan diri akibatnya pekerjaan Tuhan akan mengalami kemunduran dan bahkan kehancuran.
Akan tetapi saya percaya kita semua dari saya sendiri sebagai gembala sidang, seluruh staff gembala, full timer, PKS, dan jemaat di tempat ini bisa mengalahkan kekecewaan. Kita bisa menolak untuk sakit hati dan kemudian mengundurkan diri atau menimbulkan perpecahan. Itu sebabnya gereja kita makin hari makin dibawa terbang tinggi melakukan perkara-perkara besar. Setiap tahun ada saja torobosan baru, gebrakan baru, pretasi baru, kemenangan baru dan mujizat baru. Orang yang bisa mengalahkan kekecewaan, diberi urapan oleh Tuhan untuk mengalahkan Goliat dan melakukan perkara-perkara yang besar bagi Tuhan.


4. Daud sudah lulus proses pelatihan Tuhan dalam hidupnya.

a. Baca 1 Samuel 17:32-37 !!!

32 Berkatalah Daud kepada Saul: "Janganlah seseorang menjadi tawar hati karena dia; hambamu ini akan pergi melawan orang Filistin itu." 33 Tetapi Saul berkata kepada Daud: "Tidak mungkin engkau dapat menghadapi orang Filistin itu untuk melawan dia, sebab engkau masih muda, sedang dia sejak dari masa mudanya telah menjadi prajurit." 34 Tetapi Daud berkata kepada Saul: "Hambamu ini biasa menggembalakan kambing domba ayahnya. Apabila datang singa atau beruang, yang menerkam seekor domba dari kawanannya, 35 maka aku mengejarnya, menghajarnya dan melepaskan domba itu dari mulutnya. Kemudian apabila ia berdiri menyerang aku, maka aku menangkap janggutnya lalu menghajarnya dan membunuhnya. 36 Baik singa maupun beruang telah dihajar oleh hambamu ini. Dan orang Filistin yang tidak bersunat itu, ia akan sama seperti salah satu dari pada binatang itu, karena ia telah mencemooh barisan dari pada Allah yang hidup." 37 Pula kata Daud: "TUHAN yang telah melepaskan aku dari cakar singa dan dari cakar beruang, Dia juga akan melepaskan aku dari tangan orang Filistin itu." Kata Saul kepada Daud: "Pergilah! TUHAN menyertai engkau."

b. Perhatikan baik-baik: Jauh sebelum Daud bertempur melawan Goliat – musuh yang besar, yang tangguh, yang mengerikan, yang akan mengubah jalan hidupnya selamanya -, terlebih dahulu Daud sudah lulus melewati PROSES PELATIHAN TUHAN. Dia bukan hanya menang mengatasi kekecewaan dan sakit hati saja, tapi Daud sudah belajar untuk menghadapi serigala dan beruang.

Justru dalam kesendiriannya itu, sewaktu tidak ada orang yang mengenal, memperhatikan, dan menganggap Daud itu, Tuhan bisa melatih dia untuk menghadapi serigala dan beruang – musuh yang lebih kecil dan lebih mudah. Sementara dia menggembalakan domba-dombanya, kadang-kadang ada serigala dan beruang yang mau menerkam dombanya. Saat itulah dia harus mengejar, menghajar serigala dan beruang itu serta melepaskan dombanya dari ancaman maut itu. Kalau serigala dan beruang itu berani berbalik menyerang dia, maka Daud harus menangkap janggutnya, mengahajar dan membunuhnya. Artinya begini: Sebelum Tuhan bisa memberikan suata tanggung jawab dalam perkara besar, Daud harus bisa menyelesaikan perkara yang lebih kecil. Sebelum Daud menghadapi pertandingan melawan Goliat – pertandingan yang bakal mengubah hidupnya selamanya -, Daud harus belajar dahulu untuk menghadapi serigala dan beruang. Sebelum Tuhan mempercayai Daud untuk menggembalakan seluruh umat Israel yang besar itu, terlebih dahulu Daud harus bisa menggembalakan domba-domba yang jumlahnya hanya dua tiga ekor itu.

c. Prinsipnya: Barang siapa bisa dipercaya dalam perkara kecil, ia akan dipercaya dalam perkara besar. Yang paling penting adalah jadi HAMBA YANG BISA DIPERCAYA DULU. Apa maksudnya bisa dipercaya? Dalam perumpamaan hamba dengan 1, 2, dan 5 talenta tersebut, siapa yang dimaksud sebagai hamba yang bisa dipercaya? HAMBA YANG BISA MENGEMBANGKAN KEPERCAYAAN YANG DIBERIKAN KEPADANYA.







Dari 2 menjadi 4, artinya hamba ini bisa dipercaya. Dari 5 menjadi 10, artinya hamba ini juga bisa dipercaya. Tapi yang satu tetap satu, ini adalah hamba yang tidak bisa dipercaya – dia sudah diberi kesempatan tapi dia tidak mengembangkan kesempatan dan tanggung jawabnya tersebut. Akibatnya segala sesuatu yang ada padanya akan diambil.

Karena Daud bisa dipercaya dengan dua tiga ekor domba itu, maka Tuhan mempercayakan dia dengan umat Israel yang besar itu. Ketika Daud bisa mengalahkan serigala dan beruang, Tuhan memberikan tantangan yang lebih besar menghadapi Goliat.

Sudahkah saudara menjadi hamba yang bisa dipercaya? Perkara-perkara kecil itulah yang seringkali dijadikan Tuhan sebagai PROSES PELATIHAN TUHAN untuk mempersiapkan kita menerima perkara besar. Sebagian gagal seperti hamba dengan 1 talenta, tapi sebagian lagi berhasil. Hari ini saya berdoa kepada Tuhan supaya khotbah ini menjadi rhema pewahyuan dalam hidup saudara. Kalaupun yang ada di tangan saat ini adalah perkara kecil seperti Daud waktu itu, jangan menjadi kecut hati dan kecewa sehingga berlaku seperti hamba dengan 1 talenta. Sebaliknya belajarlah bertanggung jawab dengan perkara kecil, seberapapun yang ada di tangan saudara, kembangkan dan lipatgandakan kepercayaan tersebut. Nanti Tuhan akan mempercayai anda dengan perkara-perkara yang lebih besar.

d. Hamba dengan 2 dan 5 talenta yang bisa dipercaya itu saya sebut sebagai orang-orang yang mempunyai ABILITY TO MAKE SOMETHING HAPPEN / KEMAMPUAN UNTUK MEMBUAT SESUATU JADI. Mereka mampu untuk membuat 2 jadi 4 dan 5 jadi 10 – inilah hamba yang bisa dipercaya.

Kalau saudara bekerja dan digaji oleh perusahaan anda Rp 1 juta untuk suatu kepercayaan yang menghasilkan Rp 10 juta bagi perusahaan, pertanyaannya apakah hasil dan prestasi yang anda berikan untuk perusahaan ala kadarnya, cukup Rp 10 juta, atau anda mengembangkan dan memaksimalkan pekerjaan saudara sebisa mungkin sehingga anda bisa menghasilkan Rp 20 juta, Rp 30 juta, bila perlu Rp 50 juta bagi perusahaan anda. Seringkali kebanyakan orang salah di sini: Kita berpikir bahwa kita digaji Rp 1 juta yang berarti tanggung jawab kita cukup menghasilkan Rp 10 juta. Kalau itu cara berpikir kita, maka sebenarnya kita mendiskualifikasi diri kita sendiri untuk bisa diangkat atasan kita dalam perkara yang lebih besar menjadi supervisor. Sebaliknya kalau kita bisa mengembangkan semaksimal mungkin Rp 20 juta, Rp 30 juta, Rp 50 juta, prestasi kita itu akan berbicara sesuatu di hati atasan kita: ternyata orang ini mampu, lebih baik dari yang lain, dia punya kapasitas lebih hebat. Suatu saat ketika atasannya ingin mempromosikan seseorang, kira-kira siapa yang akan dipilih? Orang yang bisa dipercaya membawa benefit dan hasil yang paling besar bagi perusahaan tersebut. Oleh karena itu, kalau anda karyawan, jadilah karyawan yang bisa dipercaya dan menghasilkan jauh lebih banyak dari gaji yang anda terima dari perusahaan. Jangan malas, jangan puas biasa-biasa saja, apalagi prestasi kita di bawah rata-rata. Jadilah anak Tuhan yang excellent yang senantiasa melakukan hanya yang terbaik dan nama Tuhan dipermuliakan.

Kalau anda adalah seorang wirausaha / entepreneur, seberapapun aset yang dipercayakan Tuhan kepada saudara, kerjakan itu dengan sebaik mungkin. Jangan melihat toko atau perusahaan yang lebih besar, kemudian anda merasa kecil dan kemudian menyerah sebelum bertanding. Sesedikit apapun yang di tangan anda sekarang ini, kerjakan semaksimal mungkin, kembangkan sebisa anda, taburkan benih-benih kelimpahan waktu, tenaga, pikiran, ide, semangat, keberanian, kerja keras, dan pengorbanan anda. Nanti aset, arus kas, dan pendapatan bersih anda akan mulai meningkat. Tambah lama, tambah banyak, tambah besar, tambah luarbiasa. Sehingga yang tadinya kecil, ketika anda lulus proses pelatihan Tuhan, maka anda akan dipercayakan dalam perkara yang lebih besar.

e. Kemampuan untuk membuat sesuatu jadi adalah kemampuan untuk menggerakkan sesuatu dari titik A – Z. Contoh: Kalau saudara akan MEMBANGUN RUMAH, perlu proses dari A sampai Z. A adalah visi membangun rumah. B adalah keputusan untuk mulai membangun rumah.





C berputar-putar memilih lokasi. D menentukan lokasi. E nego dengan pemilik tanah. F proses notaris. G berhubungan dan memilih arsitek. H penyelesaian gambar. I memastikan semua perijinan. J memilih kontraktor. K mengawasi pembangunan. L menentukan furniture. M membenahi yang salah dan yang kurang baik. N…. Z Menikmati rumah yang indah, yang tertata dengan baik, semua fungsi rumah berjalan dengan sempurna, tidak ada yang bocor, dan bisa didiami dengan nyaman.

Kalau kita tidak punya kemampuan untuk MAKE SOMETHING HAPPEN. Kita baru berusaha sedikit saja, kita sudah akan menyerah. Baru dari A sampai G kita sudah berhenti dan banyak detil-detil yang kita lewatkan. Akibatnya rumah itu bisa-bisa tidak jadi. Bahkan kalau jadi akan ada banyak kekurangannya: genteng bocor, temboknya rusak, krannya tidak jalan, jendelanyasalah pasang, pengaturan posisinya tidak pas. Akibatnya rumah itu menjadi rumah yang jelek dan tidak nyaman ditinggali.

Bedanya di mana? Orang yang pertama punya kemampuan untuk membuat sesuatu jadi, sedangkan orang yang kedua tidak. Akibatnya yang satu rumahnya nyaman, yang satu rumahnya nggak karu-karuan.

Sama halnya dalam membangun usaha (restauran, toko, perusahaan, dst) kalau kita asal-asalan dan sekenanya, maka restoran toko dan perusahaan kita akan kalah bersaing dan akhirnya bangkrut. Tapi kalau kita mau sungguh-sungguh berusaha make something happen, maka segala sesuatu yang kita lakukan akan menjadi excellent, maju dan diberkati oleh Tuhan.

f. Kesaksian: Di kantor gereja saya juga demikian. Kalau sekarang saya memberi sebuah tugas A pada seseorang, maka saya akan mencatatnya di organizer saya. 1 atau 2 hari kemudian (tergantung pada jenis tugasnya), akan saya check sudah belum terlaksana? Kalau belum akan saya kejar dan diorganizer saya, saya pindah ke hari berikutnya. Besok saya tanya lagi: Sudah belum?! Kalau belum akan saya tegur. Terus seperti itu sampai A terlaksana, B selesai, C dikerjakan dengan baik. Sehingga gereja kita terus maju dari A – Z. Tuhan membawa dari kemenangan pada kemenangan yang luarbiasa.

Setiap orang punya kemampuan to make samothing happen yang berbeda: Yang pertama, kalau diserahi apapun juga banyak tidak jadinya daripada jadinya. Yang kedua kalau diberi sebuah tugas pasti selesai tapi waktunya lama sekali. Yang ketiga kalau diberi sebuah tugas, selesai lebih cepat dari yang saya harapkan, memberi laporan dengan baik, dan hasilnya pekerjaannya luarbiasa.

Kalau tiba-tiba ada suatu kepercayaan dan tanggung jawab besar yang membutuhkan penangan seseorang, kira-kira siapa yang bakal saya percayai: Yang ketiga, karena dia orang yang bisa make something happen. Saya percaya fulltimer, pengurus, PKS, dan seluruh jemaat kita adalah orang yang bisa make something happen dan menggerakkan sesuatu dari A ke B, B ke C, dst sehingga gereja kita bukan gereja yang mandek, tapi gereja yang terus bergerak (CHURCH ON THE MOVE) sehingga A sampai Z bisa kita selesaikan dan nama Tuhan dipermuliakan.

g. Ingat baik-baik: Proses Pelatihan Tuhan dalam hidup kita adalah perkara-perkara kecil. Kalau kita lulus seperti Daud, maka Tuhan akan mempercayakan kita dengan perkara besar. Nanti kalau lulus, kita akan dipercaya dengan perkara raksasa.

Jadi kalau sudara sedang diproses Tuhan, jangan protes. Jangan bersungut-sungut, jangan complain, jangan merasa Tuhan tidak memperhatikan kita. Justru dalam kesendirian itulah, maka Tuhan melatih kita untuk menjadi hamba yang bisa dipercaya seperti Tuhan melatih Daud untuk mengalahkan serigala dan beruang. Ingat di depan kita itulah Goliat yang besar, kalau yang kecil saja kita sudah tidak mampu dan terus bersungut-sungut, jangan berharap Tuhan mempercayai kita dalam perkara yang besar.








Jadilah hamba yang setia dan taat, maka Tuhan akan membawa kita dari kemenangan pada kemenangan sampai kita mengalami kemuliaan Allah yang luarbias dalam hidup kita.

h. Kesaksian:


BERSAMBUNG…
Komentar dan masukkan anda sangat saya harapkan. Leave comment please for my post.. Thx a lot

Masukkan email anda untuk berlangganan artikel dari Blog ini


TRANSLATE TO ENGLISH

No comments:

Related Pages